Setelah mempelajari faktor faktor pembentukkan
kelompok sosial, maka dapat diklasifikasikan bentuk bentuk kelompok sosial
yaitu sebagai berikut:
1.
Menurut Durkheim kelompok dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya
pembagian kerja dalam kelompok. Kelompok ini dibedakan menjadi:
a. Solidaritas mekanik
merupakan ciri dari masyarakat yang masih sederhana
dan belum mengenal
pembagian kerja. Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik
yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap.
Seluruh masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif yaitu kesadaran bersama yang
memiliki 3 karakteristik, yaitu mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, ada di luar warga yang bersifat memaksa,
pelanggaran akan dikenai hukuman represif (pidana)
tujuannyauntuk memulihkan kondisi yang tidak seimbang akibat perilaku menyimpang
b.
Solidaritas
organik
merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal unsur
pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat sehingga unsur-unsur
dalam masyarakat saling bergantung. Ikatan utama yang mempersatukan masyarakat
bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin diantar
berbagai profesi. Hukum yang menonjol adalah hukum perdata yaitu sanksi
terhadap pelanggaran bersifat restitutif yaitu harus ganti rugi terhadap orang
yang dirugikan untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggar.
2.
Menurut
Ferdinand Tonnies
kelompok dibedakan menjadi :
a.
Gemeinschaft (paguyuban)
adalah bentuk kehidupan masyarakat
pedesaan/masih tradisional, dimana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah,
serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri-ciri paguyuban adalah:
a.
Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
b.
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
c.
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk
orang lain di luar “kita”
Ferdinand
Tonnies membedakan masyarakat gemeinschaft
menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut:
a.
Paguyuban
karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan
yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan
kelompok kekerabatan.
b.
Paguyuban
karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga
dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
c.
Paguyuban
karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan
darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai
jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak
sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
a.
Gesellschaft (patembayan)
yaitu bentuk kehidupan
bersama yang menunjukkan ikatan lahir, bersifat pokok, disatukan oleh
kepentingan tertentu dan biasanya terbentuk dalam jangka waktu yang pendek,
bersifat sementara dan semu. Hubungan antar individu bersifat lemah (superficial). Patembayan sebagai kumpulan orang-orangyang secara kebetulan
hadir bersama, tetapi setiap orang tetap mandiri. Individu tetap bersatu
meskipun hidup terpisah sebaliknya mereka terpisah meskipun ada faktor
pemersatu. Contoh ikatan pekerja dalam dunia industri
atau organisasi politik.
Ciri-ciri hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari
tabel berikut:
Patembayan (gesselschaft)
|
Paguyuban (gemeinschaft)
|
Impersonal
Formal, kontraktual
Utilitarian
Realistis, “ketat”
Khusus
|
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
|
3.
Menurut
Charles H. Coooley
kelompok dibedakan berdasarkan ada tidaknya ciri
saling mengenal atau kerjasama yang erat dan bersifat personal diantara
anggotanya. Kelompok tersebut dibedakan menjadi:
a.
Kelompok
primer: kelompok ini ditandai
dengan pergaulan kerjasama dan tatap muka yang intim. Pergaulan yang intim ini
menghasilkan keterpaduan individu dalam satu kesatuan, membuat seseorang hidup
dan memiliki tujuan kelompok bersama. Misalnya keluarga, rukun warga dan teman
bermain pada masa kecil.
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka selanjutnya Cooley menerangkan
kelompok primer berdasarkan atas 3 tinjauan sebagai berikut:
v Kondisi-kondisi fisik kelompok primer
1.
Tidak
cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah
bahwa anggota-anggota secara fisik harus saling berdekatan.
2.
Jumlah
anggotanya harus kecil, agar supaya mereka dapat saling kenal dan saling
bertemu muka.
3.
Hubungan
antara anggota-anggota agak permanen.
v Sifat-sifat hubungan kelompok primer
1.
Sifat
utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya
yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang
sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela
berkorban demi untuk kepentingan pihak lainnya.
2.
Hubungan
primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak
merasakan adanya penekanan-penekanan melainkan semua anggota akan merasakan
adanya kebebasan.
3.
Hubungan
primer bersifat dan juga inklusif, artinya hubungan yang diadakan itu harus
melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain,
dan bagi mereka yang mengadakan hubungan harus menyangkut segala
kepribadiannya, misalnya perasaannya, sifat-siifatnya, dan sebagainya.
b.
Kelompok sekunder
merupakan kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya
tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu
langgeng, bersifat formal dan berciri
kelembagaan.Kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok primer baik
mengenai kondisi maupun sifat-sifatnya, sehingga kelompok sekunder mempunyai kondisi dan sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Jumlah
anggotanya banyak, sehingga anggotanya tidak saling mengenal.
2.
Hubungan
renggang di mana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi.
3.
Sifatnya
tidak permanen.
4.
Hubung
cenderung pada hubungan formil, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara
para anggotanya, dan baru terdapat kontak apabila ada kepentingan dan tujuan
tertentu saja.
Contoh
dari kelompok sekunder yaitu hubungan kontrak jual beli, koperasi, partai
politik dan lain sebagainya.
4.
Menurut Summer
Kelompok
sosial oleh WG.Summer dibedakan
atas derajat interaksi yaitu :
a. Kelompok In Group (kelompok dalam) merupakan kelompok sosial yang
dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya, anggotanya saling simpati dan memiliki perasaan
kedekatan satu dengan lainnya yang dikenal dengan feeling in group. Contoh
seringnya
siswa berinteraksi di sekolah , membuat para siswa sudah mengidentifikasi
dirinya sebagai anggota kelompok dalam
b. Kelompok Out Group (kelompok luar)
merupakan kelompok sosial yang oleh individunya
diartikan sebagai lawan in group, jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya
disebut out group atau kelompok yang
berada diluar suatu kelompok yang ditandai oleh antagonisme, prasangka atau
antipati. Contoh pada saat masa perjuangan kemerdekaan
indonesia, pasukan Belanda di mata para pejuang kemerdekaan indonesia merupakan
out-grup yaitu merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai
lawan atau kelompok luar kelompok in-grup
5.
Menurut
Robert K. Merton kelompok sosial
dibedakan menjadi:
a.
Membership
Group yaitu kelompok dengan
anggota-anggota yang tercatat secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Ukuran utama keanggotaan seseorang pada
kelompok adalah tingkat interaksinya dengan kelompok tersebut.
b.
Referensi
Group yaitu kelompok yang
dijadikan acuan dalam bertindak dan berprilaku
bagi seseorang, dimana seseorang tidak perlu menjadi anggota dalam kelompok
acuan tersebut. Robert K Merton mengemukakan tipe umum reference group yaitu sebagai berikut:
1.
Tipe normatif (normative type), yang
menentukan dasar-dasar dan sumber nilai
bagi kepribadian individu.
2.
Tipe perbandingan (comparison type),
merupakan pegangan individu dalam menilai kepribadiannya dan merupakan
perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang.
6. Menurut J.A.A. Van
Doorn kelompok sosial dibedakan menjadi:
a.
Formal
group ialah kelompok sosial yang mempunyai
peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur
hubungan antara sesama, serta memiliki struktur dan administrasi yang pasti, contohnyaorganisasi.
b.
Informal
group ialah kelompok yang tidak mempunyai
struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut
biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi
dasar pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama,
contohnya, klik (clique).
7.
Kelompok
okupasional dan volunteer
a. Kelompok okupasional
adalah kelompok yang muncul karena semakin
memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini
timbul karena anggotanya memiliki
pekerjaan yang sejenis. Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti
menempati tempat atauobjek kosong yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini
dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli suatu
teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan tertentu. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana
farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.
b. Kelompok volunter yaitu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama namun tidak mendapat
atensi dari masyarakat. Kelompok ini dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual, tanpa
mengganggu kepentinganmasyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter
karena beberapa hal antara lain:
1)
kebutuhan sandang dan pangan
2)
kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3)
kebutuhan akan harga diri
4)
kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
5)
kebutuhan akan kasih sayang
Contohnya
kelompok FPI, kelompok relawan
bencana dan lain-lain.
8. Kelompok-kelompok Sosial yang
Teratur dan Tidak Teratur
a.Kelompok
teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas
dan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka.
Ciri- ciri kelompok teratur, antara lain:
• Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya
tampak pada nama kelompok, simbol kelompok,dll).
• Memiliki daftar anggota yang rinci.
• Memiliki program kegiatan yang terus-menerus
diarahkan kepada pencapaian tujuan yang jelas.Memiliki prosedur keanggotaan.
Contoh kelompok teratur antara
lain berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi pemerintahan,
parpol, organisasi massa, perusahaan, dan lain-lain.
b. Kelompok-kelompok sosial yang
tidak teratur terdiri dari berbagai macamantara lain:
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan
adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada
waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran
orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata
dapat melihat dan selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut
segera berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan
merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara
garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan
yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan
ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak
penonton atau pendengar formal (formal audiences),
merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama.
Misalnya, menonton film, mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2) Kelompok
ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group),
yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi
mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan
yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan ini dibedakan
menjadi:
1) Kumpulan
yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations).
Misalnya, orang yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2) Kumpulan
orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu
orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya.
Dorongan dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai
kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa
bumi.
3) Kerumunan
penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena
ingin melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan
yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan
menjadi:
1) Kerumunan
yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu
kerumunan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
kekuatan fisik yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi
demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan
yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan
yang hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma
masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan,
publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi
terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan
pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan
sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik
mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi,
karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang tajam
sehingga kesatuan juga tidak ada.Pada publik terdapat ciri-ciri, antara lain
adanya minat, tujuan, kegemaran, dan kepentingan yang sama.
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas
3 kelompok,
1.
Kelompok vested interest, yaitu kelompok yang merupakan
sekumpulan orang-orang yang sudah mempunyai kedudukan-kedudukan tertentu dalam
masyarakat dan biasanya bersifat pro, karena ingin mempertahankan keadaan yang
sudah ada.
2.
Kelompok new comer, yaitu kelompok yang merupakan
sekumpulan orang-orang yang ingin memperjuangkan kepentingan-kepentingan baru
dan ingin pula berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat, oleh
karenanya kelompok ini sifatnya kontra. Kedua kelompok di atas disebut
kelompok-kelompok kepentingan atau interest group.
3.
Kelompok
yang pasif, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang hanya
mempunyai minat saja, akan tetapi belum menentukan pendiriannya terhadap suatu
persoalan. Dalam publik kelompok inilah merupakan kelompok yang terbesar dan
dapat menentukan pendapat terakhir daripada publik, sehingga kelompok ini
bertindak sebagai wasit. Oleh karena itulah, kedua kelompok yang telah disebut
terdahulu berusaha untuk memengaruhi kelompok ini dengan berbagai cara misalnya
dengan cara menggunakan propaganda atau penerangan yang bersifat berat sebelah.
Dalam
suatu publik, persoalan-persoalan yang mengakibatkan adanya pro dan kontra
tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang emosional saja seperti pada kerumunan,
melainkan lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat rasional. Jadi, pendapat
publik ini merupakan beberapa pendapat yang berlainan kemudian dikompromikan.
Sehingga semua perdebatan yang terdapat pada suatu publik bertujuan, untuk
mencapai suatu pendapat umum dan disebut dengan istilah public opinion, dan public opinion dapat tercapai dalam suasana yang
demokratis, sehingga tercapai suatu kompromi di antara anggota-anggota publik.
4.
Massa
Massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau
pandangan yang sama, tapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan
mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan alat-alat komunikasi
modern seperti halnya publik.
Menurut Leopold Von Wiese, massa dibedakan
antara:
1.
Massa
yang konkret.
2.
Massa
yang abstrak.
Massa disebut massa yang konkret apabila
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Adanya
ikatan batin, karena adanya persamaan kehendak dan pandangan.
2.
Adanya
persamaan norma-norma, karena orang-orang yang tergabung
dalam massa yang konkret ini mempunyai peraturan dan kebiasaan sendiri. Misalnya:
massa parpol.
3.
Mempunyai
struktur yang jelas. Seperti halnya massa parpol dengan sendirinya, maka sudah
terbentuk struktur organisasi yang jelas sehingga mcngenal pimpinan dan
pembagian kerja.
4.
Mempunyai
potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa. Misalnya:
gerakan buruh, gerakan pemuda.
Sebaliknya,
massa yang abstrak adalah sekadar kumpulan manusia belum diikat oleh kesatuan
norma, kesatuan emosional, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu karena adanya
dorongan massa yang abstrak merupakan embrio dari massa yang konkret akan
tetapi tidak setamanya demikian tergantung dari situasi dan kondisi di mana
massa itu terbentuk bisa juga massa abstrak itu kemudian bubar. Demikian juga
halnya dengan massa yang konkret, dalam perkembangannya selalu mengalami
kegagalan-kegagalan, sehingga anggotanya menjadi putus asa, dan tidak
bersemangat lagi untuk berjuang dan akhirnya massa tersebut bubar.
Referensi
Bondet Wrahatnala. 2009.
Sosiologi Kelas XI SMA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Kun Maryati, Juju Suryawati.
2016. Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas
XI. Jakarta: Erlangga
Rufikasi, Candra Lia. 2016. Buku
Siswa Sosiologi Peminatan Ilmu Sosial untuk SMA/MA XI. Surakarta: Mediatama.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/KELOMPOK_SOSIAL.pdf