Rabu, 15 Juli 2020

BAB II INDIVIDU, KELOMPOK DAN HUBUNGAN SOSIAL


Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial. Artinya, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan sesamanya. Contoh konsep manusia sebagai makhluk sosial dapat dipahami dari gambar diatas tentang bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhannya. Banyaknya kebutuhan hidup mendorong manusia untuk berhubungan dengan individu lainnya. Hubungan individu dapat berkembang menjadi hubungan sosial

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah banyak menciptakan dan menjadi umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, bisa dikatakan jutaan suku-suku berbeda di dunia ini dengan beratus-ratus dari bangsa yang berbeda. Ada Amerika Serikat, India, Inggris, Prancis, Australia, Mesir, Malaysia, Jepang, Indonesia dan lain sebagainya. Sedangkan dari suku tidak kalah banyaknya, di Indonesia saja ada banyak seperti Jawa, Betawi, Melayu, Batak, Dayak, Padang dan masih banyak yang lainnya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S. Al-hujarat : 13)


1.      Individu dan kelompok


a. Pembentukan identitas individu

Ciri-ciri dan keunikan menjadi identitas manusia sebagai individu. Individu berasal dari bahasa Yunani individium yang berarti tidak terbagi. Kata individu, merujuk pada manusia perorangan. Menurut Kamus Sosiologi, individu merupakan organisasi yang hidup berdiri sendiri secara fisiologi bersifat bebas (tidak memiliki hubungan organik dengan sesama). Individu menunjukkan objek yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti pada sesuatu yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri. Dengan kata lain individu adalah subjek yang bertindak atau aktor melakukan sesuatu hal memiliki pikiran memiliki keinginan, kebebasan, dan memberikan suatu pengertian.

Individu memiliki suatu identitas ciri sebagai ciri-ciri yang melekat pada dirinya. Dalam kajian sosiologi identitas individu tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan identitas sosial. Identitas sosial merupakan identitas yang memungkinkan individu memiliki ciri ciri sosiologis tertentu. Melalui identitas itulah antara anggota masyarakat dapat saling mengenal identitas sosial seseorang memposisikan individu tidak bisa lepas dari unsur masyarakat dan struktur didalamnya semua tindakan termasuk memberikan identitas dipengaruhi oleh pandangan pandangan sosiologis. Identitas sosial terbentuk melalui berbagai sistem yang saling berkaitan. Mulai dari sistem kepribadian, sosialisasi serta tindakan individu dan kelompok ketika sistem tersebut saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri.

a)      Sistim kepribadian

Pembentukan identitas seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar individu. Adapun beberapa faktor pembentuk kepribadian adalah sebagai berikut.

1. Faktor Biologis

Faktor biologis dapat memengaruhi perilaku kompulsif, pengendalian diri, komunikasi, dan minat seseorang. Faktor biologis berkaitan pula dengan keturunan/warisan biologis. Warisan biologis menunjukkan adanya perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Warisan biologis membawa pengaruh pada kepribadian seseorang, misalnya orang yang memiliki kekurangan fisik biasanya merasa rendah diri jika berhadapan dengan orang yang mereka anggap lebih sempurna.

Perbedaan kondisi fisik antarindividu juga memengaruhi proses pembentukan kepribadian. Kondisi tersebut terjadi karena individu dihadapkan pada penilaian masyarakat terhadap kondisi fisik mereka. Sebagai contoh, adanya perilaku negatif terhadap orang-orang yang secara fisik terkadang juga mengalami diskriminasi, misalnya sulit mendapat pekerjaan di suatu instansi atau lembaga. Instansi atau lembaga cenderung menerima pegawai dengan kriteria tidak cacat fisik. Dengan demikian kekurangan fisik secara langsung dapat memengaruhi mental seseorang.

 

2. Faktor Kelompok

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dalam kelompok tertentu, berarti individu mulai percaya pada lingkungan kelompok tersebut untuk memberikan pengaruh positif atau negatif dalam dirinya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas kepada anggotanya. Pengalaman anggota kelompok juga diperoleh melalui interaksi dengan kelompok lain. Perkembangan kepribadian atas dasar pengaruh kelompok dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuan merupakan kelompok yang menjadi referensi bagi individu untuk mempertimbangkan semua bentuk perbuatan yang akan dilakukan. Kelompok acuan pada awalnya berasal dari keluarga. Dalam perkembangannya, kelompok acuan dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya teman sepermainan, media massa, dan lingkungan kerja. Kelompok acuan dapat memengaruhi kepercayaan individu, sehingga berdampak bagi kelangsungan hidup individu di lingkungan masyarakat.

b. Kelompok Majemuk

Kelompok majemuk menunjukkan adanya keragaman masyarakat. Perbedaan tujuan, kepentingan, dan latar belakang mendorong setiap individu cenderung hidup dengan membentuk kelompok-kelompok sosial. Keberadaan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat akan memengaruhi proses pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, setiap individu hendaknya bersikap selektif ketika akan bergabung dalam kelompok sosial tertentu.

 

3. Faktor Geografis

Faktor geografis atau alam dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri terhadap kondisi alam. Penyesuaian diri terhadap pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Sebagai contoh, masyarakat yang hidup di daerah empat musim cenderung memiliki etos kerja yang tinggi terutama pada saat musim panas karena mereka harus mempersiapkan diri sebagaik mungkin saat menghadapi musim dingin.

4. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berakaitan dengan nilai dna norma sosial masyarakat. Sealanjutnya, kebudayaan berkembang menjadi cara/jalan hidup masyarakat. Budaya tersebut dapat diamati melalui adat/kebiasaan masyarakat, mata pencaharian, hasil kesenian, ilmu pengetahuan, dan bahasa masyarakat. Oleh karena itu, budaya dapat berkembang menjadi identitas individu karena dipelajari dan diterapkan melalui proses belajar di lingkungan sosial.

 

5. Faktor Pengalaman

Setiap orang mempunyai kepribadian berbeda dengan orang lain meskipun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama. Oleh karena itu, pengalaman memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian individu. Menurut Paul B. Horton, pengalaman memiliki pengaruh besar untuk membentuk kepribadian individu. Seseorang yang merasa nyaman dengan pengalaman akan mengenang atau mengembangkannya secara lebih lanjut.

 

b)     Sosialisasi

bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.

Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. Melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.

Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Dengan melandaskan pemikirannya pada Teori Peran Sosial, George Herbert Mead dalam bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society from The Standpoint of Social Behaviorist (1972) berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat diklasifikasikan melalui tahap-tahap berikut ini.

 

 

a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini juga anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap ini, individu sebagai calon anggota masyarakat dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga. Lingkungan yang memengaruhi termasuk individu yang berperan dalam tahapan ini relatif sangat terbatas, sehingga proses penerimaan nilai dan norma juga masih dalam tataran yang paling sederhana.

b. Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari dirinya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia social manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah juga mulai terbentuk.

c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan temanteman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, hbbahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Dalam tahap ini, individu dinilai sudah mencapai tahap kematangan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat.

 

 

c)      Sistim Tindakan

                    Individu atau kelompok membentuk identitas sosial melalui sebuah tindakan (action). Dalam buku berjudul The Structure Of Social Action, Talcott Parsons menjelaskan individu memiliki pilihan dalam bertindak tindakan individu atau kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem sebagai berikut

1.      Sistem sosial 

                    Sistem sosial mempengaruhi tindakan individu faktor dalam masyarakat. Sistem sosial dibentuk menggunakan norma, kepercayaa, dan nilai-nilai sosial yang diorganisasikan oleh harapan peran (role expextasion). Peran-peran sosial yang berpola akan membentuk sistem sosial dalam masyarakat

2.          Sistem Budaya

                    Sistem budaya dapat dikatakan sebagai aspek tindakan yang mengorganisasikan karakteristik-karakteristik simbol dan urgensi organisasi yang mempunyai sistem yang stabil. Nilai-nilai, keyakinan, dan gagasan dalam sistem budaya menjadi penentu tindakan anggota masyarakat. Artinya, anggota masyarakat dapat mengambil sikap menolak atau menerima nilai, keyakinan, atau gagasan tersebut.

3.          Sistem Kepribadian 

                    Kepribadian menunjukkan karakter individu. Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain barisan genetis lingkungan sosial dan budaya 

                     Itulah faktor pembentuk identitas individu setiap individu adalah unik. Oleh karena itu kita harus menjaga membiasakan sikap menghargai perbedaan dengan menghargai hubungan harmonis akan senantiasa terjaga tanpa menghargai perbedaan kita tidak akan diterima dalam kelompok kelompok sosial dalam masyarakat

 

1)      Pembentukan identitas kelompok

Melalui kelompok sosial individu tidak hanya mewujudkan program pokok dan pribadi. Akan tetapi muncul kebutuhan kebutuhan lain akibat hubungan sosial yang lebih luas. Individu tidak akan lagi menjadi individu personal tetapi individu dalam  satu kelompok dampaknya identitas kelompok yang memposisikan diri berada pada sudut sosial

a)      Faktor pendorong identitas kelompok

Identitas kelompok tidak muncul serta merta dalam hubungan sosial identitas kelompok muncul didasari oleh beberapa faktor Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut 

1.      Kreativitas

kreativitas seseorang mampu menunjukkan eksklusifitas dalam bentuk identitas diri dan kelompok sehingga terlihat berbeda serta unik.

2.      ideologi kelompok

Seseorang yang memiliki kesamaan ideologi memunculkan kesadaran untuk berkelompok persamaan ideologi dapat menjadi kekuatan untuk menaikkan orang lain agar bergabung menjadi sebuah kelompok 

3.      Status Sosial

Individu yang memiliki status tertentu berpengaruh pada keberadaan dalam kelompok bahkan kelompok tertentu akan lebih terpandang jika berisi sekumpulan orang yang memiliki status sosial tertentu 

4.      Media Massa

Media massa membantu menciptakan kerangka berpikir dalam menentukan selera kondisi fisik sosial dipengaruhi oleh beragam tayangan dalam media sosial 

5.      Kesenangan

Unsur kesenangan muncul sebagai wujud kepuasan anggota kelompok. Para anggota merasakan kepuasan dan kesenangan karena mampu memenuhi kebutuhan psikis.

 

b)     Konsekuensi identitas kelompok

Bergabungnya individu dalam kelompok memunculkan dinamika identitas yang tidak hanya 'saya' dan 'aku'. Individu tidak hanya dilihat sebagai pribadi yang unik, tapi identitasnya sudah berkembang menjadi 'kita', 'kami' dan 'mereka'. Identitas tersebut muncul dalam kelompok berikut

 

 

  1. In-gruop.

In group merupakan suatu kelompok yang menaungi diri pribadi dan mengembangkan hubungan. Dalam in group individu mengidentifikasi diri dengan kelompoknya. Dalam in group seseorang juga lebih meminimalisasi identitas "aku" dan akan mengembangkannya sebagai "kita". Identitas "kita" diperluas lagi untuk membangun identitas kelompok secara menyeluruh menjadi "kami".  "Kami" akan digunakan untuk menyebut identitas kelompok ketika berhadapan dengan orang atau kelompok yang tidak sama. Identitas "kami" memiliki suatu sikap yang harus dikembangkan oleh setiap individu yaitu sikap solidaritas. Solidaritas in group dibentuk untuk menguatkan keakraban dan sumber kekuatan apabila muncul serangan dari kelompok yang berada di luar in group kelompok yang berada di luar in group berarti dianggap pihak asing atau "orang luar" dan disebut dengan "dia" serta "mereka". Kelompok tersebut disebut dengan out-gruop. 

2.                  Out-group.

Out-group merupakan kelompok yang berada di luar In- group. Out-group juga memiliki in group atas kelompok yang diikutinya. Implikasinya muncul berbagai pandangan mulai dari pandangan perbedaan, kecurigaan, fragmentasi dan dominasi. Dinamika tersebut muncul karena setiap kelompok memiliki identitas berbeda. Perbedaan ideologi dan tujuan suatu kelompok dapat menjadi penghalang dalam mewujudkan tujuan kelompok atau dapat dijadikan batu loncatan. 

 

c)      Teori pembentukan identitas kelompok

Menurut Tajwid dan Turner proses pembentukan identitas sosial anggota kelompok terjadi melalui tiga tahapan yaitu kategoris, Identifikasi dan perbandingan sosial

  1.  Kategorisasi

Pada tahap kategorisasi seseorang mengenali serta mengelompokkan identitas identitas berdasarkan kategori sosial seperti etnik,ras, religi, pekerjaan dan status sosial. Kategori kategori sosial tersebut memberikan pemahaman mengenai latar belakang setiap anggota kelompok. Selain itu, identitas seseorang dalam kelompok akan dipertahankan dalam rangka mempertahankan keanggotaannya sesuai dengan kategori kategori yang dimiliki.

2.                  Identifikasi

Pada tahap identifikasi seseorang mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota suatu kelompok. Dalam tahap identifikasi seseorang memiliki 2 posisi. Pertama seseorang dibangun berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok (social identity). Kedua,seseorang memandang dirinya sebagai seseorang yang unik (personal identity).

3.                   Perbandingan Sosial

Pada tahap perbandingan sosial individu membuat perbandingan antara dirinya dengan anggota lain dalam rangka mengevaluasi dirinya. Individu dapat mengetahui identitas dirinya dengan melakukan perbandingan sosial

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang unik. Tiap individu terlahir dengan keadaan berbeda. Meskipun demikian perbedaan tersebut dapat menyebabkan timbulnya integrasi dalam masyarakat. Oleh karena itu tingkat toleransi harus tinggi di atas semua perbedaan agar menciptakan hubungan sosial yang harmonis.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar