Pada hakikatnya
manusia merupakan makhluk sosial. Artinya, manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan sesamanya. Contoh konsep manusia sebagai makhluk sosial dapat
dipahami dari gambar diatas tentang bagaimana cara seseorang memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya kebutuhan hidup mendorong manusia untuk berhubungan
dengan individu lainnya. Hubungan individu dapat berkembang menjadi hubungan
sosial
Allah Subhanahu
Wa Ta’ala telah banyak menciptakan dan menjadi umat manusia berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, bisa dikatakan jutaan suku-suku berbeda di dunia ini dengan
beratus-ratus dari bangsa yang berbeda. Ada Amerika Serikat, India, Inggris,
Prancis, Australia, Mesir, Malaysia, Jepang, Indonesia dan lain sebagainya.
Sedangkan dari suku tidak kalah banyaknya, di Indonesia saja ada banyak seperti
Jawa, Betawi, Melayu, Batak, Dayak, Padang dan masih banyak yang lainnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ
مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya :
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.(Q.S. Al-hujarat : 13)
1. Individu dan kelompok
Ciri-ciri dan keunikan
menjadi identitas manusia sebagai individu. Individu berasal dari bahasa Yunani
individium yang berarti tidak terbagi. Kata individu, merujuk pada
manusia perorangan. Menurut Kamus Sosiologi, individu merupakan organisasi yang
hidup berdiri sendiri secara fisiologi bersifat bebas (tidak memiliki hubungan
organik dengan sesama). Individu menunjukkan objek yang mempunyai pikiran, yang
mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti pada sesuatu yang mampu menilai
tindakan dan hasil tindakannya sendiri. Dengan kata lain individu adalah subjek
yang bertindak atau aktor melakukan sesuatu hal memiliki pikiran memiliki
keinginan, kebebasan, dan memberikan suatu pengertian.
Individu memiliki suatu
identitas ciri sebagai ciri-ciri yang melekat pada dirinya. Dalam kajian
sosiologi identitas individu tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan
dengan identitas sosial. Identitas sosial merupakan identitas yang memungkinkan
individu memiliki ciri ciri sosiologis tertentu. Melalui identitas itulah
antara anggota masyarakat dapat saling mengenal identitas sosial seseorang
memposisikan individu tidak bisa lepas dari unsur masyarakat dan struktur
didalamnya semua tindakan termasuk memberikan identitas dipengaruhi oleh
pandangan pandangan sosiologis. Identitas sosial terbentuk melalui berbagai
sistem yang saling berkaitan. Mulai dari sistem kepribadian, sosialisasi serta
tindakan individu dan kelompok ketika sistem tersebut saling berkaitan dan
tidak dapat berdiri sendiri.
a)
Sistim
kepribadian
Pembentukan
identitas seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar individu.
Adapun beberapa faktor pembentuk kepribadian adalah sebagai berikut.
1.
Faktor Biologis
Faktor
biologis dapat memengaruhi perilaku kompulsif, pengendalian diri, komunikasi,
dan minat seseorang. Faktor biologis berkaitan pula dengan keturunan/warisan
biologis. Warisan biologis menunjukkan adanya perbedaan intelegensi dan
kematangan biologis. Warisan biologis membawa pengaruh pada kepribadian
seseorang, misalnya orang yang memiliki kekurangan fisik biasanya merasa rendah
diri jika berhadapan dengan orang yang mereka anggap lebih sempurna.
Perbedaan
kondisi fisik antarindividu juga memengaruhi proses pembentukan kepribadian.
Kondisi tersebut terjadi karena individu dihadapkan pada penilaian masyarakat
terhadap kondisi fisik mereka. Sebagai contoh, adanya perilaku negatif terhadap
orang-orang yang secara fisik terkadang juga mengalami diskriminasi, misalnya
sulit mendapat pekerjaan di suatu instansi atau lembaga. Instansi atau lembaga
cenderung menerima pegawai dengan kriteria tidak cacat fisik. Dengan demikian
kekurangan fisik secara langsung dapat memengaruhi mental seseorang.
2.
Faktor Kelompok
Kehidupan
manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dalam kelompok
tertentu, berarti individu mulai percaya pada lingkungan kelompok tersebut
untuk memberikan pengaruh positif atau negatif dalam dirinya. Setiap kelompok
mewariskan pengalaman khas kepada anggotanya. Pengalaman anggota kelompok juga
diperoleh melalui interaksi dengan kelompok lain. Perkembangan kepribadian atas
dasar pengaruh kelompok dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut.
a.
Kelompok Acuan
Kelompok
acuan merupakan kelompok yang menjadi referensi bagi individu untuk
mempertimbangkan semua bentuk perbuatan yang akan dilakukan. Kelompok acuan
pada awalnya berasal dari keluarga. Dalam perkembangannya, kelompok acuan dapat
berasal dari berbagai sumber, misalnya teman sepermainan, media massa, dan
lingkungan kerja. Kelompok acuan dapat memengaruhi kepercayaan individu,
sehingga berdampak bagi kelangsungan hidup individu di lingkungan masyarakat.
b.
Kelompok Majemuk
Kelompok
majemuk menunjukkan adanya keragaman masyarakat. Perbedaan tujuan, kepentingan,
dan latar belakang mendorong setiap individu cenderung hidup dengan membentuk
kelompok-kelompok sosial. Keberadaan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat
akan memengaruhi proses pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, setiap
individu hendaknya bersikap selektif ketika akan bergabung dalam kelompok
sosial tertentu.
3.
Faktor Geografis
Faktor
geografis atau alam dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Iklim, topografi,
dan sumber daya alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri terhadap
kondisi alam. Penyesuaian diri terhadap pola perilaku masyarakat dan
kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Sebagai contoh, masyarakat yang hidup
di daerah empat musim cenderung memiliki etos kerja yang tinggi terutama pada
saat musim panas karena mereka harus mempersiapkan diri sebagaik mungkin saat
menghadapi musim dingin.
4.
Faktor Kebudayaan
Kebudayaan
merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berakaitan dengan nilai dna norma
sosial masyarakat. Sealanjutnya, kebudayaan berkembang menjadi cara/jalan hidup
masyarakat. Budaya tersebut dapat diamati melalui adat/kebiasaan masyarakat,
mata pencaharian, hasil kesenian, ilmu pengetahuan, dan bahasa masyarakat. Oleh
karena itu, budaya dapat berkembang menjadi identitas individu karena
dipelajari dan diterapkan melalui proses belajar di lingkungan sosial.
5.
Faktor Pengalaman
Setiap orang mempunyai
kepribadian berbeda dengan orang lain meskipun orang itu berasal dari keluarga
yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan
fisik yang sama. Oleh karena itu, pengalaman memiliki pengaruh yang besar untuk
membentuk kepribadian individu. Menurut Paul B. Horton, pengalaman memiliki
pengaruh besar untuk membentuk kepribadian individu. Seseorang yang merasa
nyaman dengan pengalaman akan mengenang atau mengembangkannya secara lebih
lanjut.
b)
Sosialisasi
bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai
masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk
berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.
Jadi, proses sosialisasi membuat
seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah
laku di lingkungan masyarakatnya. Melalui proses ini juga, seseorang akan
mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan
peranan-peranan yang dimilikinya.
Penyesuaian diri terjadi secara
berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta
penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan
masyarakat. Dengan melandaskan pemikirannya pada Teori Peran Sosial, George Herbert Mead dalam bukunya yang
berjudul Mind, Self, and Society from The Standpoint of Social Behaviorist
(1972) berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
diklasifikasikan melalui tahap-tahap berikut ini.
a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia
dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia
sosialnya. Pada tahap ini juga anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Dalam tahap ini, individu sebagai calon anggota masyarakat
dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman
bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga.
Lingkungan yang memengaruhi termasuk individu yang berperan dalam tahapan ini
relatif sangat terbatas, sehingga proses penerimaan nilai dan norma juga masih
dalam tataran yang paling sederhana.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa
nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa
yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari
dirinya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia social manusia
berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah juga mulai terbentuk.
c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai
berkurang dan digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan
penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun
meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan temanteman sebaya di luar
rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma
tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif
(Generalizing Stage)
Pada tahap ini seseorang telah
dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat
secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara
luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, hbbahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada
tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Dalam tahap
ini, individu dinilai sudah mencapai tahap kematangan untuk siap terjun dalam
kehidupan masyarakat.
c)
Sistim
Tindakan
Individu atau kelompok
membentuk identitas sosial melalui sebuah tindakan (action). Dalam buku
berjudul The Structure Of Social Action, Talcott Parsons menjelaskan
individu memiliki pilihan dalam bertindak tindakan individu atau kelompok
dipengaruhi oleh tiga sistem sebagai berikut
1. Sistem
sosial
Sistem sosial mempengaruhi
tindakan individu faktor dalam masyarakat. Sistem sosial dibentuk menggunakan
norma, kepercayaa, dan nilai-nilai sosial yang diorganisasikan oleh harapan
peran (role expextasion). Peran-peran sosial yang berpola akan membentuk sistem
sosial dalam masyarakat
2.
Sistem Budaya
Sistem budaya dapat dikatakan
sebagai aspek tindakan yang mengorganisasikan karakteristik-karakteristik
simbol dan urgensi organisasi yang mempunyai sistem yang stabil. Nilai-nilai,
keyakinan, dan gagasan dalam sistem budaya menjadi penentu tindakan anggota
masyarakat. Artinya, anggota masyarakat dapat mengambil sikap menolak atau
menerima nilai, keyakinan, atau gagasan tersebut.
3.
Sistem
Kepribadian
Kepribadian menunjukkan
karakter individu. Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain barisan genetis
lingkungan sosial dan budaya
Itulah faktor pembentuk identitas individu setiap individu adalah unik. Oleh karena itu kita harus menjaga membiasakan sikap menghargai perbedaan dengan menghargai hubungan harmonis akan senantiasa terjaga tanpa menghargai perbedaan kita tidak akan diterima dalam kelompok kelompok sosial dalam masyarakat
1)
Pembentukan
identitas kelompok
Melalui kelompok
sosial individu tidak hanya mewujudkan program pokok dan pribadi. Akan tetapi
muncul kebutuhan kebutuhan lain akibat hubungan sosial yang lebih luas.
Individu tidak akan lagi menjadi individu personal tetapi individu dalam satu kelompok dampaknya identitas kelompok
yang memposisikan diri berada pada sudut sosial
a)
Faktor
pendorong identitas kelompok
Identitas kelompok tidak
muncul serta merta dalam hubungan sosial identitas kelompok muncul didasari
oleh beberapa faktor Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut
1. Kreativitas
kreativitas seseorang mampu menunjukkan
eksklusifitas dalam bentuk identitas diri dan kelompok sehingga terlihat
berbeda serta unik.
2.
ideologi
kelompok
Seseorang yang memiliki
kesamaan ideologi memunculkan kesadaran untuk berkelompok persamaan ideologi
dapat menjadi kekuatan untuk menaikkan orang lain agar bergabung menjadi sebuah
kelompok
3.
Status Sosial
Individu yang memiliki
status tertentu berpengaruh pada keberadaan dalam kelompok bahkan kelompok
tertentu akan lebih terpandang jika berisi sekumpulan orang yang memiliki
status sosial tertentu
4.
Media Massa
Media massa membantu
menciptakan kerangka berpikir dalam menentukan selera kondisi fisik sosial
dipengaruhi oleh beragam tayangan dalam media sosial
5.
Kesenangan
Unsur kesenangan muncul
sebagai wujud kepuasan anggota kelompok. Para anggota merasakan kepuasan dan
kesenangan karena mampu memenuhi kebutuhan psikis.
b)
Konsekuensi
identitas kelompok
Bergabungnya individu
dalam kelompok memunculkan dinamika identitas yang tidak hanya 'saya' dan
'aku'. Individu tidak hanya dilihat sebagai pribadi yang unik, tapi
identitasnya sudah berkembang menjadi 'kita', 'kami' dan 'mereka'. Identitas
tersebut muncul dalam kelompok berikut
- In-gruop.
In group merupakan suatu
kelompok yang menaungi diri pribadi dan mengembangkan hubungan. Dalam in group
individu mengidentifikasi diri dengan kelompoknya. Dalam in group seseorang
juga lebih meminimalisasi identitas "aku" dan akan mengembangkannya
sebagai "kita". Identitas "kita" diperluas lagi untuk
membangun identitas kelompok secara menyeluruh menjadi "kami". "Kami"
akan digunakan untuk menyebut identitas kelompok ketika berhadapan dengan orang
atau kelompok yang tidak sama. Identitas "kami" memiliki suatu sikap
yang harus dikembangkan oleh setiap individu yaitu sikap solidaritas.
Solidaritas in group dibentuk untuk menguatkan keakraban dan sumber kekuatan
apabila muncul serangan dari kelompok yang berada di luar in group kelompok
yang berada di luar in group berarti dianggap pihak asing atau "orang
luar" dan disebut dengan "dia" serta "mereka".
Kelompok tersebut disebut dengan out-gruop.
2.
Out-group.
Out-group merupakan
kelompok yang berada di luar In- group. Out-group juga memiliki in group atas
kelompok yang diikutinya. Implikasinya muncul berbagai pandangan mulai dari
pandangan perbedaan, kecurigaan, fragmentasi dan dominasi. Dinamika tersebut
muncul karena setiap kelompok memiliki identitas berbeda. Perbedaan ideologi
dan tujuan suatu kelompok dapat menjadi penghalang dalam mewujudkan tujuan
kelompok atau dapat dijadikan batu loncatan.
c)
Teori
pembentukan identitas kelompok
Menurut Tajwid dan
Turner proses pembentukan identitas sosial anggota kelompok terjadi melalui
tiga tahapan yaitu kategoris, Identifikasi dan perbandingan sosial
- Kategorisasi
Pada tahap kategorisasi
seseorang mengenali serta mengelompokkan identitas identitas berdasarkan
kategori sosial seperti etnik,ras, religi, pekerjaan dan status sosial.
Kategori kategori sosial tersebut memberikan pemahaman mengenai latar belakang
setiap anggota kelompok. Selain itu, identitas seseorang dalam kelompok akan
dipertahankan dalam rangka mempertahankan keanggotaannya sesuai dengan kategori
kategori yang dimiliki.
2.
Identifikasi
Pada tahap identifikasi
seseorang mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota suatu kelompok.
Dalam tahap identifikasi seseorang memiliki 2 posisi. Pertama seseorang
dibangun berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok (social identity). Kedua,seseorang memandang dirinya sebagai
seseorang yang unik (personal identity).
3.
Perbandingan
Sosial
Pada tahap perbandingan
sosial individu membuat perbandingan antara dirinya dengan anggota lain dalam
rangka mengevaluasi dirinya. Individu dapat mengetahui identitas dirinya dengan
melakukan perbandingan sosial
.
Dari uraian diatas
disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang unik. Tiap individu terlahir
dengan keadaan berbeda. Meskipun demikian perbedaan tersebut dapat menyebabkan
timbulnya integrasi dalam masyarakat. Oleh karena itu tingkat toleransi harus
tinggi di atas semua perbedaan agar menciptakan hubungan sosial yang harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar