Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
1. Faktor
Pendorong Perubahan Sosial
a) Adanya
kontak dengan kebudayaan masyarakat lain
Salah satu
proses yang menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan
dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu
penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan
dan disebarluaskan pada masyarakat lain, sampai masyarakat tersebut dapat
menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi kemajuan manusia. Maka
proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.
b)
Adanya sikap terbuka terhadap karya
serta keinginan orang lain untuk maju
Sikap menghargai
karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan salah satu
pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah
melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk
mengadakan penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya
misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok
lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
c)
Adanya Sistem pendidikan formal yang
maju
Sistem
pendidikan yang baik yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel
misalnya, akan mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya.
Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik berbagai
macam pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para siswa. Di samping
itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga
bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara baik dan
maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan, kemampuan
ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih
dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan
kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa
kemampuan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau
faktor pendorong bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
d)
Sikap berorientasi ke masa depan
Adanya prinsip
bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia
tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis,
adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang
lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang lebih baik dari hari
sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap
optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu bersikap
ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap
optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses
perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
e)
Sistem lapisan masyarakat yang bersifat
terbuka (open stratification)
Sistem
stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas
yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar
kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan
identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan
demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan
lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan sama
dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan
superordinat-subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering
terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya.
Keadaan tersebut dalam sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety”
tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
f)
Adanya komposisi penduduk yang heterogen
Pada
kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti
kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau
yang lebih populer dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi
terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal
semacam ini juga merupakan salah satu pendorong bagi terjadinya
perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
g)
Nilai bahwa manusia harus senantiasa
berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya
Nasib manusia
memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan kewajiban
manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf
kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak
akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu)
tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah
berusaha, lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya.
Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan
manusia menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-perubahan
sosial budaya dapat berlangsung.
h) Ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
Munculnya
ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya
adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu,
pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang
pemisah antara si kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan
terjadinya kekecewaan dalam masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai
berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan terjadinya demo ataupun
protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan
revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-perubahan
sosial budaya.
1. Faktor Penghambat Perubahan Sosial
a) Kurangnya
Hubungan dengan Masyarakat Lain
Manusia
tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau masyarakat lain dalam
suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain mengakibatkan suatu
masyarakat menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan masyarakat lainnya.
Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada
masyarakat lain. Apabila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi
adalah keterbatasan pemikiran sehingga keinginan untuk berubahpun juga sangat
minim.
b) Perkembangan
Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Dengan
adanya keterbatasan dalam pergaulan, dapat dipastikan perkembangan ilmu
pengetahuan juga akan terlambat. Sebab dalam kemajuan ilmu pengetahuan dapat
ditempuh di antaranya dengan metode learning by doing. Tidak adanya keinginan
untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan akan mengakibatkan pola pikir
yang terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga muncul sebuah pandangan miring
(stigma) adanya kelompok masyarakat yang enggan berubah.
c) Sikap
Masyarakat Tradisional yang Konservatif
Sikap
konservatif atau enggan melakukan perubahan akan membawa mentalitas yang buruk
dalam sebuah kemajuan. Karena itu sikap tersebut harus dihindari apabila
seseorang hendak melakukan suatu perubahan.
d)
Vested Interest (Kepentingan-Kepentingan yang
Tertanam Kuat)
Nilai-nilai
tradisional akan memunculkan sebuah kepentingankepentingan kolektif yang
tertanam kuat dalam diri masyarakat. Hal ini juga akan menghambat sebuah
perubahan sosial karena pada dasarnya suatu perubahan itu berusaha untuk
meninggalkan nilai-nilai lama guna menuju pada nilai-nilai yang baru yang lebih
bermanfaat dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat sekarang. Oleh karena itu,
seseorang yang menginginkan sebuah perubahan harus berani membuang jauh
nilai-nilai kepentingan semacam ini.
e)
Prasangka (Prejudice) terhadap Hal-Hal Baru
Selain
nilai-nilai kepentingan, prasangka buruk terhadap hal yang baru akan mengganggu
proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang baru datang, sepertinya ada
semacam ketakutan dari sekelompok masyarakat yang tidak menghendaki perubahan,
kemudian sekelompok orang tadi berusaha memengaruhi kelompok yang lain. Hal ini
harus disingkirkan apabila seseorang akan melakukan perubahan sosial.
f)
Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan terhadap Integrasi
Masyarakat
Ada
sebagian anggota masyarakat yang takut atau khawatir terhadap perubahan yang
terjadi di masyarakat, karena menurut mereka perubahan itu akan menggoyahkan
integrasi dalam masyarakat. Misalnya penggunaan traktor dalam pengolahan lahan
pertanian. Awalnya hal itu ditolak karena dapat memudarkan gotong royong di
antara petani, namun lambat laun hal itu dapat diterima.
g)
Hambatan Ideologis
Suatu perubahan dalam masyarakat
akan sulit terjadi apabila berbenturan dengan ideologi atau paham yang dianut
oleh masyarakat tersebut. Misalnya kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.
Muhammad Diki sudah membaca ibuk
BalasHapusMuhammad Diki sudah membaca ibuk
BalasHapusFarhan Azhima sudah membaca buk
BalasHapus