Selasa, 21 Juli 2020

BAB I PERUBAHAN SOSIAL (pertemuan 3)

                     Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial

1.      Faktor Pendorong Perubahan Sosial

a)      Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat lain, sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi kemajuan manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.

b)         Adanya sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju

Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.

c)         Adanya Sistem pendidikan formal yang maju

Sistem pendidikan yang baik yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan, kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

d)        Sikap berorientasi ke masa depan

Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.

e)         Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification)

Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.

f)          Adanya komposisi penduduk yang heterogen

Pada kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.

g)         Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha, lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-perubahan sosial budaya dapat berlangsung.

h)      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

Munculnya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-perubahan sosial budaya.

 

1.      Faktor Penghambat Perubahan Sosial

a)      Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain mengakibatkan suatu masyarakat menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan masyarakat lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain. Apabila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi adalah keterbatasan pemikiran sehingga keinginan untuk berubahpun juga sangat minim.

b)      Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat

Dengan adanya keterbatasan dalam pergaulan, dapat dipastikan perkembangan ilmu pengetahuan juga akan terlambat. Sebab dalam kemajuan ilmu pengetahuan dapat ditempuh di antaranya dengan metode learning by doing. Tidak adanya keinginan untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan akan mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga muncul sebuah pandangan miring (stigma) adanya kelompok masyarakat yang enggan berubah.

c)      Sikap Masyarakat Tradisional yang Konservatif

Sikap konservatif atau enggan melakukan perubahan akan membawa mentalitas yang buruk dalam sebuah kemajuan. Karena itu sikap tersebut harus dihindari apabila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.

d)     Vested Interest (Kepentingan-Kepentingan yang Tertanam Kuat)

Nilai-nilai tradisional akan memunculkan sebuah kepentingankepentingan kolektif yang tertanam kuat dalam diri masyarakat. Hal ini juga akan menghambat sebuah perubahan sosial karena pada dasarnya suatu perubahan itu berusaha untuk meninggalkan nilai-nilai lama guna menuju pada nilai-nilai yang baru yang lebih bermanfaat dan sesuai dengan keadaan masyarakat saat sekarang. Oleh karena itu, seseorang yang menginginkan sebuah perubahan harus berani membuang jauh nilai-nilai kepentingan semacam ini.

e)      Prasangka (Prejudice) terhadap Hal-Hal Baru

Selain nilai-nilai kepentingan, prasangka buruk terhadap hal yang baru akan mengganggu proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang baru datang, sepertinya ada semacam ketakutan dari sekelompok masyarakat yang tidak menghendaki perubahan, kemudian sekelompok orang tadi berusaha memengaruhi kelompok yang lain. Hal ini harus disingkirkan apabila seseorang akan melakukan perubahan sosial.

f)       Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan terhadap Integrasi Masyarakat

Ada sebagian anggota masyarakat yang takut atau khawatir terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat, karena menurut mereka perubahan itu akan menggoyahkan integrasi dalam masyarakat. Misalnya penggunaan traktor dalam pengolahan lahan pertanian. Awalnya hal itu ditolak karena dapat memudarkan gotong royong di antara petani, namun lambat laun hal itu dapat diterima.

g)   Hambatan Ideologis

Suatu perubahan dalam masyarakat akan sulit terjadi apabila berbenturan dengan ideologi atau paham yang dianut oleh masyarakat tersebut. Misalnya kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.


BAB I PERUBAHAN SOSIAL (pertemuan 2)

                                 Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial

1.      Faktor Internal

a.       Bertambah atau berkurangnya penduduk

b.      Penemuan-penemuan baru

Penemuan baru dibedakan dalam pengertian invention dan discovery. Invention adalah proses menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru dengan mengobinasi atau menyusun kembali unsur- unsur kebudayaan lama dalam masyarakat. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat ataupun gagasan. Discovery dapat menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, bahkan menerapkan penemuan tersebut.

Penemuan baru pada umumnya mengakibatkan bermacam-macam pengaruh pada masyarakat, antara lain:

1)         Penemuan baru akan menimbulkan pengaruh pada bidang-bidang lain. Penemuan baru seperti radio, handphone dll akan memancarkan pengaruhnya ke berbagai arah.


2)         Penemuan baru  mengakibatkan  perubahan-perubahan  yang menjalar dari satu  lembaga kemasyarakatan ke lembaga kemasyarakatan lainnya. Misalnya penemuan baru kapal terbang telah membawa pengaruh besar terhadap metode berperang.


3)         Beberapa penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan. Misalnya, penemuan mobil, kereta api, dan telephon menyebabkan tumbuhnya lebih banyak pusat-pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburban.


c.       Pertentangan masyarakat

d.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi

 

2.      Faktor Eksternal

a.       Lingkungan fisik yang ada disekitar manusia

b.      Peperangan

c.       Pengaruh kebudayaan masyarakat lain


BAB 1 Perubahan Sosial (pertemuan1)

                         I.            Hakikat Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala umum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Albert O. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia merupakan penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Ia selalu mencari sesuatu yang baru, bagaimana mengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berubah, aktif, kreatif, inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.

Perbedaan perubahan antara masyarakat yang satu dan yang lain atau antara kurun waktu yang satu dan kurun waktu lainnya hanyalah terletak pada tingkat kecepatan perubahan tersebut, Perubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, pola-pola sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat. serta susunan kekuasaan dan wewenang.

 

                         II.         Pandangan Para Tokoh tentang Perubahan Sosial

Perubahan sosial memiliki makna yang luas dan mencakup berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Karena itu, perubahan sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat menyangkut perubahan nilai, pola perilaku, organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya. Berikut beberapa pandangan para tokoh tentang perubahan sosial:

1.        Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2.        Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan. Demikian pula dalam organisasi-organisasi lain, seperti organisasi politik maupun organisasi ekonomi.

3.        George Ritzer menyatakan bahwa perubahan sosial mengacu pada variasi-variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.

4.        John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebaga suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan baru penemuan baru dalam masyarakat.

5.         Samuel Koenig menyatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi ini bisa terjadi karena faktor-faktor intern ataupun ekstern.

 

                         III.            Perubahan sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat mengalami perubahan.

2.      Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya yang berada dalam satu mata rantai.

3.      Perubahan cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena ada proses penyesuaian diri.

4.      Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

 

                         IV.            Teori-teori Perubahan Sosial

1.      Teori Siklus

Melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan yang telah terjadi sebelumnya. Pola perubahan siklus adalah pola perubahan yang menyerupai spiral.

2.      Teori Perkembangan

Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks. Teori ini dikenal dengan teori perkembangan atau linier. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi


3.      Teori Modernisasi

Teori modernisasi melihat bahwa perubahan negara-negara terbelakang akan mengikuti jalan yang sama dengan negara industri di Barat. Cara tersebut adalah melalui proses modernisasai sehingga Negara terbelakang menjadi Negara berkembang

4.      Teori Konflik

Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran KarlMarx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. la yakin bahwa konflik atau pertentangan selalu menjadi bagian dari masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik (konflik sosial dan perubahan sosial) selalu melekat dalam struktur masyarakat.

5.      Teori Fungsionalis

Teori ini menganggap bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi pada elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di bagian masyarakat juga akan menyebabkan perubahan di bagian lain. Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn mencoba menjelaskan perubahan sosial di dalam kerangka fungsional. Menurutnya, meski unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa elemen bisa berubah sangat cepat, sementara yang lain tidak. Keterlambatan seperti itu membuat perpecahan sosial serta budaya antara unsur-unsur yang berubah dengan cepat serta unsur-unsur yang lamban. Kesenjangan ini akan menyebabkan goncangan sosial serta budaya ke masyarakat.

6.      Teori Evolusi

Perubahan sosial memiliki arah yang mantap yang dilalui masyarakat. Semua masyarakat melewati urutan fase yang sama serta mulai dari tahap perkembangan awal sampai perkembangan terakhir. Bila tahap terakhir sudah tercapai, maka perubahan evolusioner telah berakhir. Prinsip teori evolusi yang paling penting merupakan bahwa tahap-tahap masyarakat berasal dari kelahiran, pertumbuhan, serta kesempurnaan.


Rabu, 15 Juli 2020

BAB I PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL (PERTEMUAN 1)

1. Dasar Dasar Pembentukan Kelompok Sosial

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki kesadaran untuk berinteraksi berhubungan dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara tidak langsung manusia akan membentuk kelompok kelompok sosial dalam kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar kehidupan dan kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Bukti pentingnya kelompok sosial dalam kehidupan manusia adalah bahwa sejak dilahirkan hingga saat ini, kita telah menjadi anggota dari berbagai macam kelompok sosial yang memiliki tahapan tersendiri. Bermula dari tahapan pertama, saat kita dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu kelompok yang dinamakan keluarga. Kelahiran kita dalam kelompok keluarga serta menandai keanggotaan dalam keompok lain, diantaranya suatu agama, anggota suatu ras, warga desa maupun kota hingga warga negara Indonesia.

Seiring meluasnya interaksi, kita memasuki keanggotaan kelompok teman bermain (peer group). Tahap berikutnya saat kita memasuki usia sekolah yang diwajibkan menaati berbagai aturan dan tata tertib formal di sekolah. Pada saat bersamaan kita mungkin bergabung pula dalam organisasi organisasi sekolah misalnya OSIS, Pramuka, PMR, dan sebagainya. Setelah meinggalkan bangku sekolah, mungkin kita akan bergabung dengan banyak kelompok lain seperti mahasiswa perguruan tinggi, kelompok ekonomi (karyawan perusahaan), kelompok politik (anggota partai politik), kelompok keagamaan (pengajian), maupun kelompok sosial lain (organisasi kepemudaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, komunitas hobi, arisan ataupun perkumpulan warga setempat).


A. Hakikat Kelompok Sosial

Dinamika kehidupan masyarakat menimbulkan adanya kelompok kelompok sebagai kesatuan hidup bermasyarakat, sehingga perlu memahami berbagai hal mengenai kelompok sosial.

Pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat/bersilaturahmi dengan sesama serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri yang dinamakan Gregariousness. Naluri ini muncul karena dalam diri manusia ada kecenderungan untuk :

1)        Bergaul dengan orang lain

2)        Menjalin ikatan persahabatan

3)        Membantu suatu kelompok sosial

Kelompok kelompok sosial dalam masyarakat terbentuk karena adanya dua hasrat atau kepentingan pokok bagi kehidupannya, yaitu:

1)        Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya

2)        Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya

Selain kepentingan pokok diatas terdapat beberapa hasrat lain dalam diri manusia, antara lain sebagai berikut :

1)        Hasrat sosial, yaitu hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau kelompok lain

2)        Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang orang maupun kelompok lain

3)        Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada orang lain.

4)        Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.

5)        Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawanatau berjuang untuk mempertahankan hidupnya.

6)        Hasrat bersatu, yaitu hasrat manusia untuk bersatu denganlainnya agar tercipta kekuatan bersama, mengingat adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.

Keterikatan dan ketergantungan antara manusia satu dengan yang lain mendorong manusia untuk membentuk kelompok masyarakat yang disebut kelompok sosial atau sosial group.

Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kelompok sosial sebagai berikut :

1)        Soerjono Soekanto

Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling memengaruhi.

2)        Paul B.Horton

Horton menjelaskan bahwa kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

3)        Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren

Kedua ahli sosiologi ini mendefinisikan kelompok sosial sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih manusia dan di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh anggota atau orang lain secara keseluruhan.

4)        Mayor Polak

Polak mengartikan kelompok sosial sebagai sejumlah orang yang satu sama lain memiliki hubungan sebagai sebuah struktur untuk memenuhi kepentingan bersama.

5)        George Homans

Kelompok sosial adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan untuk membuat sesuatu keseluruhan yang terorganisir dan berhubungan secara timbal balik.

 

6)        Robert K. Merton

Diambil dari buku yang ditulis oleh Kamanto Sunarto, kelompok sosial menurut Merton adalah merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.

7)        Bierstedt

Bierstedt mendefinisikan kelompok sosial sebagai kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis, berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.

8)        Mac Iver Dan Charles H.Page

Menurut Mac Iver Dan Charles H.Page, Kelompok Sosial adalah satu kesatuan atau himpunan manusia yang hidup bersama karena adanya interaksi antara mereka.

Dari definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial terjadi berdasarkan beberapa hal sebagai berikut :

1)        Terdiri atas dua atau lebih individu.

2)        Individu-individu tersebut memiliki kesamaan.

3)        Adanya saling interaksi (langsung maupun tidak langsung) dan salingmemengaruhi.

4)        Terbentuknya struktur (nilai, norma, peran) yang khas.

5)        Ada tujuan bersama yang hendak dicapai.

Sehingga dapat disimpulkan bahwakelompok sosial adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan dan saling berinteraksi sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa kebersamaan dan rasa memiliki.

Sebagai tambahan, McDougall (dalam Sarwono, 2009) menyatakan sejumlah ciri dan peranan mengenai kelompok sosial, yaitu sebagai berikut :

1)        Struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya berganti-ganti. Anggota kelompok dapat silih berganti datang dan pergi, namun nilai, norma, serta pembagian tugas dalam kelompokakan bertahan sebagaimana adanya.

2)        Pengalaman-pengalaman kelompok direkamdalam ingatan. Setiap anggota biasanya memiliki pengalaman berkesan dalam kehidupan berkelompokatau berhubungan dengan kelompok lain. Pengalaman-pengalaman tersebut, disadari ataupun tidak, memiliki pengaruh terhadap pembentukan dan perubahan kepribadian.

3)        Kelompok mampu merespons secara keseluruhan terhadap rangsangyang tertuju kepada salah satu bagiannya. Ini menunjukkan adanya solidaritas atau kekompakan antaranggota kelompok.

4)        Kelompok menunjukkan adanya dorongan dorongan. Suatu kelompok dalam mendorong anggota anggotanya untuk berperilaku positif maupun negatif.

5)        Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi kelompok para anggota mungkin saja memiliki emosi (perasaan) berbeda terhadap suatu objek yang sama. Meski demikian perbedaan emosi dapat diatasi jika terdapat kepentingan untuk mencapai tujuan kelompok.

6)        Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan pertimbangan kolektif (bersama). Ketika hendak mengambil keputasan menangkut kepentingan kelompok, lazimnya akan didahului oleh perundingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima sebagian besar anggota. Selain itu, individu yang menjadi anggota dari suatu kelommpoik sosial biasanya selalu mempertimbangkan kelompokmya sebelum bersikap atau berperilaku.

B. Syarat Dan Ciri Kelompok Sosial

Robert K. Merton menyebutkan tiga kriteria suatu kelompok, antara lain :

1)        Memiliki pola interaksi

2)        Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok, dan

3)        Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok

Sumber : http://harian.analisadaily.com/sekolahku/news /pentingnya-memilih-peminatan-yang-tepat/ 387015/2017/07/29

Interaksi dalam kegiatan diskusi kelas

Kelompok berbeda dengan kerumunan dan publik. Kerumunan terjadi apabila sejumlah orang berada di satu tempat karena suatu yang menarik perhatian bersama. Kerumunan bukanlah suatu kelompok yang terorganisasi. Interaksi di dalamnya bersifat spontan dan tidak terduga. Publik juga merupakan kumpulan manusia yang memiliki perhatian pada hal yang sama. Namun, publik tidak berkumpul pada satu tempat. Interaksi pada publik bersifat tidak langsung, yaitu melalui saluran komunikasi (surat kabar, radio, TV, dan film).

Adapun ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1)        Kelompok sosial adalah satu kesatuan yang nyata, dapat dikenal, dan dapat dibedakan kelompok sosialnya.

2)        Tiap anggota kelompok sosial merasa memiliki kepentingan yang sama dan mempertahankan nilai-nilai hidup yang sama.

3)        Tiap kelompok sosial memiliki struktur sosial karena terdiri dari individu yang saling terkait satu sama lain berdasar status dan perannya.

4)        Tiap anggota kelompok sosial memiliki peran-peran yang berbeda

5)        Tiap kelompok sosial memiliki norma-norma kelakuan yang mengatur peran anggota.

Selain itu terdapat beberapa ciri lain dari kelompok sosial yaitu :

1)        Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain

2)        Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.

3)        Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing

4)        Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.

5)        Berlangsungnya suatu kepentingan.

6)        Adanya pergerakan yang dinamik.

Robert Bierstedt menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada tidaknya organisasi, hubungan sosial di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis.

Beberapa puluh tahun lampau beberapa sosiolog di antaranya Albion W. Small (1905) memberikan suatu konsep bahwa tidak ada perbedaan antara keluarga batih, kelas sosial, kerumunan, dan seterusnya. Namun, konsep sosial tersebut sifatnya sangat abstrak dan tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan internal yang mungkin ada.

Tidak selamanya sekumpulan orang-orang dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial harus memiliki ciri-ciri yang menjadi kriteria kelompok tersebut. Suatu kelompok sosial harus dibedakan dari bentuk-bentuk kehidupan bersama lainnya seperti kelas. Pengelompokan manusia ke dalam wadah-wadah tertentu yang merupakan bentuk-bentuk kehidupan bersama, seharusnya dilandaskan pada kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang mantap sulit untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelompok ataupun pengaruh kelompok terhadap pembentukan kepribadian individual.

Oleh karena itu, R.M. Mac Iver dan Charles H. Page mengemukakan bahwa suatu kesatuan atau himpunan manusia baru bisa disebut kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1)        Merupakan kesatuan yang nyata atau ada tidaknya organisasi. Hal ini berarti suatu kelompok sosial merupakan kumpulan manusia yang dapat dikenali atau diketahui pihak lain, biasanya terorganisasi secara formal ataupun informal.

2)        Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompoknya. Keanggotaan suatu kelompok sosial dilakukan melalui dua cara, yaitu mengukuhkan diri menjadi anggota kelompok dan dikukuhkan orang lain sebagai anggota kelompok. Gejala yang menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompoknya, adalah :

a)         Adanya sikap imitasi terhadap segala aspek dalam kelompoknya yang dilakukan melalui proses sosialisasi;

b)        Mengidentifikasikan diri terhadap kelompoknya, berarti setiap anggota suatu kelompok cenderung ingin sama dengan orang lain di dalam kelompoknya;

c)         Internalisasi, yaitu suatu sikap dan perilaku seseorang yang menggambarkan pola perilaku suatu kelompok sosial;

d)        Keinginan untuk membela dan mempertahankan kelompoknya

3)        Ada hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar anggotanya. Ciri ini cukup menonjol dari suatu kelompok sosial, terutama dalam kelompok sosial kecil yang frekuensi dan intensitas hubungan antaranggota kelompok relatif tinggi dan berlangsung secara akrab karena di antara mereka saling mengenal dengan baik. Hubungan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya hasrat dan kebutuhan dari setiap anggota yang dalam pemenuhan nya tidak dapat dilakukan oleh sendiri.

4)        Adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan di antara anggotanya bertambah erat, misalnya, nasib, kepentingan, tujuan, dan ideologi politik yang sama.

5)        Memiliki struktur, aturan-aturan, dan pola perilaku. Hal ini berarti setiap orang atau anggota-anggota dari suatu kelompok mempunyai status sosial tertentu. Setiap status sosial tersebut (baik sederajat maupun tidak sederajat) memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga membentuk suatu struktur. Contohnya, kelompok sosial umumnya terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan atas, menengah, dan bawah. Lapisan-lapisan tersebut diatur oleh suatu aturan-aturan yang berfungsi sebagai pedoman yang menjelaskan kepada setiap anggota kelompok tentang peranan yang harus dilakukan sesuai dengan statusnya, apa yang menjadi hak dan kewajibannya, dan bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam hubungan sosial. Dengan demikian, aturanaturan juga berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian sosial guna menciptakan keseimbangan hidup dalam kelompok.

Dari hubungan yang berlangsung secara terus-menerus dan mapan akan dihasilkan corak, tata cara bersikap, dan berperilaku tertentu yang kemudian disebut pola perilaku.

Menurut Soerjono Soekanto, himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memiliki beberapa persyaratan berikut :

1)        Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan

2)        Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain dalam kelompok itu.

3)        Ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok, sehingga hubungan di antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain

4)        Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama

5)        Bersistem dan berproses

Kelompok sosial cenderung tidak bersufat statis, selalu berkembang dan mengalami perubahan baik dalam aktifitas maupun bentuknya.

C. Proses Terbentukknya Kelompok Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang secara kodrati tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dengan kata lain, manusia tidak mampu hidup apabila tidak bersama-sama dengan orang lain. Oleh karena itu, untuk mencapai kodrat kemanusiaannya, manusia harus membentuk dan mengembangkan hubungan sosial dengan manusia lain. Setelah melakukan suatu hubungan atau interaksi, agar manusia dapat bertahan (survive) maka mereka harus membentuk kelompok.

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni muncul dari keinginan diri sendiri atau secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan yang diinginkan seseorang. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. Pengelompokan manusia umumnya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

1)        Keyakinan bersama akan perlunya pengelompokan;

2)        Harapan yang dihayati oleh anggota-anggota kelompok;

3)        Ideologi yang mengikat seluruh anggota;

4)        Setiap kelompok sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompoknya;

5)        Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dan lainnya;

6)        Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar anggota bertambah erat.

Baron dan  Byrne berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang mempengaruhi proses terbentuknya kelompok sosial antara lain sebagai berikut :

1)        Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain

2)        Interdependen,  apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain.

3)        Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun).

4)        Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.

5)        Struktur,  fungsi  tiap  anggota  harus  memiliki  beberapa  macam  struktur sehingga mereka memiliki set peran.

6)        Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Suatu kelompok sosial dapat terbentuk apabila terdapat sedikitnya dua orang anggota (dyad) yang saling berinteraksi dan memengaruhi. Kemudian triad terdiri dari tiga orang yang saling berinteraksi. Ketika besarnya anggota kelompok meningkat, jumlah kemungkinan hubungan juga meningkat.


Pembentukan kelompok diawali dengan adanya kontak dan komunikasi sosial yang menghasilkan proses sosial dalam interaksi sosial. Kontak sosial adalah usaha atau tindakan dan reaksi pertama, tetapi belum berarti terbentuknya suatu komunikasi yang terus-menerus. Komunikasi merupakan suatu proses interaksi yang menjadikan suatu rangsangan (stimulus) yang memiliki makna tertentu dijawab oleh orang lain sebagai respons, baik secara lisan, tertulis, maupun isyarat atau sikap. Komunikasi menghasilkan interaksi sosial dan proses sosial yang melahirkan kelompok.

Selain itu, kelompok-kelompok manusia juga terbentuk melalui hasil pengalaman praktis, intelektual, dan emosional berikut.

1)        Pengalaman praktis, adalah pengelompokan yang didasarkan pada aktivitas yang dilakukan manusia guna memenuhi hasrat dan keinginannya.

2)        Pengalaman intelektual, adalah pengelompokan yang didasarkan pada keterbatasan akal seseorang sehingga memerlukan bimbingan dan arahan manusia lain.

3)        Pengalaman emosional, adalah pengelompokan yang di dasarkan pada naluri untuk hidup bersama dengan manusia lain.

Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

 

 


a.        Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

 

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab pembentukan kelompok sosial di antaranya sebagai berikut :

1)        Kepentingan yang sama

Adanya kesamaan kepentingan membuat kelompok sosial ini memiliki pemahaman yang sama akan tujuan bersama dan mau bekerja sama demi mencapai kepentingan dan tujuan tersebut.Orang-orang yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama cenderung mendirikan kelompok yang tetap dan teratur. Faktor-faktor lain seperti keturunan, ciri fisik, dan daerah asal dikesampingkan, demi tercapainya tujuan dan kepentingan yang diharapkan.

 

2)        Pertalian darah atau keturunan yang sama

Secara konvensional, ikatan darah atau keturunan yang sama merupakan dasar dan ikatan persaudaraan yang paling kuat. Keberadaan ini dipertahankan melalui perkawinan hingga membentuk suatu ikatan keluarga besar. Oleh karena itu, tidak heran apabila penduduk suatu desa penduduknya mempunyai ikatan keluarga.Kelompok sosial yang terbentuk dengan persamaan keturunan, akan memiliki tujuan yang sama yakni menyambung tali persaudaraan. Dampak positifnya, masing-masing anggotanya secara tidak langsung memiliki komitmen untuk tetap aktif terlibat dalam kelompok sosial ini untuk menjaga agar tali persaudaraan tidak terputus.

3)        Daerah atau wilayah yang sama

Adanya persamaan nasib atau pekerjaan, maka dapat terbentuk kelompok sosial yang mewadahi yang bertujuan meningkatkan taraf hidup maupun kinerja anggotanya. Orang-orang yang tinggal bersama pada suatu daerah cenderung membentuk kelompok sosial yang mantap. Interaksi dapat berlangsung dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi berkat dekatnya jarak fisik di antara orang yang satu dan orang lainnya. Dari hasil interaksi umumnya terbentuk kebudayaan yang sama dalam suatu kesatuan kelompok teritorial. Contohnya, kesatuan orang-orang pada suatu rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW). Di daerah perantauan, sering kita temukan kelompok-kelompok sosial yang dibentuk atas dasar kesamaan daerah asal. Munculnya rasa senasib dan seperjuangan di daerah perantauan telah memperkuat ikatan dalam kelompok sosial seperti ini. Contohnya, “Paguyuban Pasundan”, “Persatuan Penduduk Ranah Minang”, dan sebagainya.

4)        Kesamaan ciri fisik

Ciri-ciri badaniah, seperti warna kulit, warna mata, dan rambut merupakan salah satu faktor pendorong pembentukan kelompok. Contohnya, Organisasi buruh kulit hitam di Amerika Serikat, Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Papua.

 

                                                                                                                                

 

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Fritz H.S, 2017. Membentang Fakta Dunia : Sosiologi SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan IPS. Jakarta : Bailmu

Maryati, Kun& Juju Suryawati. 2017. SOSIOLOGI, Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada